Mengenai Saya

Foto saya
HAY TEMAN"TOLONG SIAPA AJA YG UDAH MEMBUKA BLOG INI TOLONG JANGAN MENTERTAWAKAN KARENA KAMI MASIH DALAM TAHAP PEMBELAJARAN

Selasa, 25 Januari 2011

ceritaku

Rumah tua, yang beratap bocor dan berdinding lapuk bag. I

Ini bukan puisi, cerpen, atau kisah fiktif. Ini ceritaku. Catatan kecilku yang tak lusuh oleh waktu. Babak dalam kehidupanku yang memang tak pernah mudah. Entahlah. Mungkinkah aku telahir di zaman yang salah. Tapi mensyukuri hari itu dan juga kini. Aku bersyukur bisa menumpang di situ.
Rumah tua, memang begitulah penampakannya. Bukan saja karena rupanya yang memang berantakan, tapi usianya juga memang telah lanjut termakan waktu. Dikisahkan oleh nenekku tersayang (alm). Rumah itu dipindahkan dari satu kampung ke situ. Dijunjung dan di arak beramai-ramai. Aku berkesempatan merajut cinta dan harapan di rumah dan tanah yang bukan milikku.
Pertama kali menampakkan bangunan itu, aku yang masih berusia dua belas tahun, merasa senang bukan kepalang. Hmmm… bagus. Kalau tinggal di rumah tersebut, pasti serasa tidur di rimba saja. Angin malam akan menyelusup lewat dindingnya yang meregang, aku bahkan bisa mengintip orang lewat di halaman lewat lubang-lubang di dinding yang telah lembab tersebut. Dan hei… lewat atap sengnya yang juga berlubang dan berkarat, aku bahkan bisa mengintip bintang-bintang. Sungguh bangunan yang sempurna buatku yang terobsesi dengan cerita petualangan.
Wah, ada lagi…Ada banyak laba-laba bersarang di dindingnya. Merajut rumah mereka dengan benang-benang yang serupa lukisan saja tampaknya. Sungguh, takkan bosan aku mengamati hari di sini.
Tak cuma sampai di situ. Lantainya tanah saja. Haha, bisa bikin tenda dalam rumah. Bisa bikin lubang untuk bermain kelereng. Bahkan bisa menumpahkan air tanpa harus takut mengotori lantai. Sungguh rumah yang kuimpikan!
Rumah tua yang berdinding bocor beratap lapuk. Halamannya luas sekali. Aku bagaikan tarzan yang dilepaskan ke habitatnya. Bergayut ke sana sini, segala macam pohon ada di sini. Beberapa ekor kera juga terlihat begelantungan sana-sini. Akh, apa bedanya aku dengan kera. Tokh kami sama saja tinggal di alam terbuka.
Semak, duri, ular, lintah, jadi pemandangan sehari-hari.
Bersyukur ada Ayah yang baik hati dan pantang menyerah, mengubah semak menjadi tanah lapang untuk bermain. Mengusir duri dan menggantinya menjadi kebun yang menghasilkan.
Bersyukur ada Mama yang baik hati dan pantang menyerah. Menempel dinding yang renggang dengan potongan kalender tua, hingga angin sempat permisi sebelum lewat. Mengemis kepada saudara-saudara tersayang hingga diberi uang untuk mengganti atap yang bocor dengan atap bekas yang tak berlubang.
Bersyukur ada adik yang baik hati dan pantang menyerah. Tak pernah menyesali kehidupan dan bergelantung bersama di pohon rambutan. Mengubah keterbatasan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Beruntung ada teman-teman. Yang tak pernah menertawakan ketakberadaan. Ikut menikmati alam terbuka.
Sungguh aku sangat beruntung.
Rumah tua yang beratap bocor dan berdinding lapuk. Disanalah aku dibesarkan, bertahun-tahun yang tak terlupakan.
Bangunan tua itu terletak di tepi jalan. Dengan halaman luas, kebun, sawah, kolam, dan bukit kecil. Tempat petualangan dan khayal-khayalku yang terbangun dengan setiap langkahku yang tak beralas kaki. Berlompatan di jerami yang wangi karena baru selesai panen padi. Mengangkat air untuk menyiram kebun cabe yang mulai kekeringan. Berlompatan di bukit kecil berlari ke arah kolam lalu berenang dengan ikan-ikan. Akh, sungguh tak kusayangkan aku harus tinggal di bangunan tua.
Bangunan tua. Ini sejarah tentang kehidupanku yang tiada dua. Rindu yang tak terbayarkan di kala senja. Cerita-cerita sendu, lelah, dan dendam yang tak sudah. Ada terkubur di tiang-tiangnya yang telah goyah. Suatu saat aku ingin mengisahkannya hingga sudah.
Rumah tua, yang beratap bocor dan berdinding lapuk. Ini bukan puisi, cerpen, atau kisah fiktif. Ini ceritaku. Catatan kecilku yang tak lusuh oleh waktu. Babak dalam kehidupanku yang memang tak pernah mudah. Aku mensyukurinya.